Harimau itu bertengger diam pada langkah yang menganjur di atas tanah. Ekornya bergoyang-goyang dengan resah di udara rimba yang berkabut. Halimun kelabu menutupi sebagian bayangan para petualang yang melangkah setapak demi setapak menuju hewan sejenis kucing yang lapar itu. Lubang peluru di pahanya telah menambah kemarahan dan nafsunya untuk membunuh. Orang-orang yang menggunakan perlengkapan ekspedisi itu tidak memiliki isyarat apa pun mengenai nasib yang menunggu mereka. Kemudian, tepat ketika para penyusup itu lewat di bawah langkan tersebut…
“Andrew, apa kamu sudah menyimpan mantelmu?” ibunya memanggil dari dapur. “Ibu sudah menyuruhmu sejak 30 menit yang lalu agar kamu menyimpan mantelmu ke kamar. Apa yang sebenarnya sedang kamu lakukan? Matikan TV itu dan kerjakan apa yang Ibu suruh sekarang juga.”
“Tapi, Bu,” Andrew meraung dari ruang keluarga, dimana ia sedang asyik dalam permainan video yang diberikan oleh pamannya sebagai kado ulang tahun. “Aku sedang memainkan permainan petualangan Kota Terlarangku. Aku sudah berada di tingkat tiga dengan skor 5.000. kalau aku berhenti sekarang, aku akan kalah!”
“Ibu tidak peduli di mana kamu berada atau berapa banyak angka yang kamu dapat. Matikan permainan itu sekarang dan lakukan apa yang Ibu suruh atau Ibu akan mengambil permainan itu dan kamu tidak akan pernah memainkannya lagi sampai kamu berumur 21 tahun,” ibu Andrew mengancam.
Kemudian, sambil kembali menyiapkan kaserolnya, ibu Andrew bergumam sendiri, “Saya tidak mengerti bagaimana ia bisa tahan duduk di depan TV dungu itu selama berjam-jam atau memainkan permainan video konyol itu tanpa mengedipkan mata. Dan bila disuruh melakukan sesuatu, ia pasti tidak pernah bisa berkonsentrasi lebih dari dua menit. Ada apa dengannya?”
Sekelumit sketsa di atas sebagaimana judul buku ini menjelaskan tentang problematika anak ADHD. Lebih dari 12 juta orang Amerika Serikat, termasuk anak-anak dan orang dewasa, memiliki masalah dengan perhatian, impulsivitas, dan rangsangan berlebih. Istilah saat ini dikenal dengan ADHD (Attention Defisit Hyperactivity Disorder) yang artinya gangguan kurang perhatian.
Lengkap dari A sampai Z. mulai dari definisi, gejala hingga solusi terapis untuk menangani masalah ADHD dikupas tuntas dalam buku ini.
Buku ini memang layak dibaca oleh para orangtua, terapis, dan pendidik sebagai referensi “hidup” dalam menangani anak ADHD. Hal ini dikarenakan buku ini ditulis berdasarkan pengalaman penulisnya selama 30 tahun. Hampir separoh hidupnya, sang penulis menghabiskannya untuk mencari jawaban terhadap penanganan anak ADHD. Dengan bertugas sebagai seorang psikolog sekolah, guru kelas, periset pendidikan khusus, dosen, dan klinisi. Ditambah lagi dengan pengalaman berurusan dengan 7000 anak dan remaja.
Menariknya dan sekaligus kelebihan dari buku ini, karena buku ini merupakan edisi revisi dari buku sebelumnya sehingga lebih sempurna dan lengkap.
Untuk lebih mudah membaca buku ini dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian pertama, membahas definisi-definisi dan identifikasi anak ADHD. Karena label-label untuk masalah kurang perhatian/hiperaktivitas itu membingungkan. Seperti anak-anak bermasalah dengan kurangnya perhatian dan mudahnya mengalami gangguan tetapi tidak hiperaktif.
Pada bagian pertama ini, dijelaskan semua definisi terbaik mengenai ADHD dan alat-alat untuk melindunginya.
Bagian kedua dibahas tentang pendekatan multidisipliner terhadap pengobatan dan intervensi.
Seorang anak yang mengidap gangguan perhatian membutuhkan pendekatan secara utuh. Selain obat-obatan, anak-anak ADHD perlu memperoleh keterampilan-keterampilan hidup dan belajar.
Menurut penulisnya, kesalahan dan kekurangan orang tua dalam mendidik anak, tidak menyebabkan anak menjadi ADHD namun beberapa reaksi orang tua dapat menambah atau memperparah masalah seorang anak ADHD. Pada bagian ini diberikan tips untuk mengajarkan pengendalian diri dan keterampilan-keterampilan sosial kepada anak. Bagian ketiga memuat narasumber-narasumber yang diperbarui untuk rumah dan sekolah. Materi pendidikan untuk anak maupun orangtua ditunjukkan, demikian juga dengan nama dan alamat dari beberapa kelompok pendukung dan sumber informasi tambahan mengenai ADHD.
Di dalam buku ini juga disoroti aspek-aspek krusial mengenai spiritual dalam menghadapi anak. Seperti doa, narasumber-narasumber spiritual, dan keseimbangan spiritual.(h.6).
Menurut penulisnya, pengasuhan anak perlu didasarkan atas iman kita kepada Tuhan. Pertama-tama kita harus mencintai Tuhan dengan seluruh jiwa raga. Ada empat cara untuk memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak kita, dan salah satunya dengan memberikan contoh.(h.306).
Cara utama untuk memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak adalah dengan contoh. Kita harus mengajarkan anak-anak kita baik hal iman maupun kehidupan melalui tindakan dan juga kata-kata.
Pesan yang ingin kita sampaikan adalah bahwa kita melayani satu Tuhan yang akan menunjukkan kuasa-Nya meskipun kita memiliki banyak kekurangan. Masalah ADHD jelas tidak akan hilang, namun kita masih memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kita akan berusaha sebaik-baiknya menghadapi hidup, dan kemudian memuliakan Tuhan karena Dia berkarya melalui kelemahan-kelemahan kita.
Citra Tuhan yang dimiliki seorang anak sangat dipengaruhi oleh contoh yang diberikan oleh orangtua. Cara kita mengemukakan standar kelakuan, perilaku, dan ketaatan kepada Tuhan akan membimbing anak-anak kita melihat Tuhan di dalam kehidupan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar